Wednesday, March 6, 2013

Perkembangan interaksi manusia dan robot

BOSTON - Ini saatnya manusia memeriksa kembali hubungan mereka dengan mesin serta dampaknya sebelum semuanya terlambat, kata seorang peneliti ternama pada Jumat, 15 Februari lalu dalam pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science.

Orang-orang makin sering mencari mainan dan peralatan robotik untuk dijadikan teman dan cenderung kurang perhatian terhadap sesama, kata Sherry Turkle, profesor program studi pengetahuan sosial dan teknologi di MIT. 
Inovasi-inovasi seperti Siri, asisten digital iPhone Apple, membuat orang-orang menjadi semakin bergantung terhadap mesin, kata Sherry, dan bayangkan masa depan saat robot-robot menjadi cukup maju untuk bekerja sebagai guru bagi anak-anak dan pengasuh untuk manula.

“Ide dari rekan artifisial ini telah menjadi hal baru yang dianggap wajar,” kata Sherry. 

“Anak-anak bermain dengan hewan peliharaan robotik dan menjadi akrab dengan perangkat game komputer. Aku merasa kehidupan baru yang dianggap wajar ini memiliki dampak. Untuk menjadikan rekan artifisial yang baru menjadi hal yang wajar, kita harus mengubah diri kita sendiri dan selama prosesnya, kita menyusun ulang nilai-nilai kemanusiaan dan hubungan manusia.”

Robot anjing dan pengasuh

Sherry mempelajari perasaan dan pikiran manusia mengenai robot  dan ia menemukan perubahan budaya selama beberapa waktu. Penelitian yang dilakukannya di 1980-an dan 1990-an menunjukkan, hubungan cinta dan persahabatan hanya terjadi antara manusia, namun saat ini orang-orang banyak yang mengatakan bahwa robot juga bisa mengisi peran tersebut.

Sebagai contoh, Sherry telah mempelajari Paro, robot bayi anjing yang digunakan sebagai teman manula yang mengalami demensia atau depresi. Terlihat bahwa teknologi tersebut mengalami kemajuan pesat. Ada seorang wanita yang mengalami keterpurukan berbicara dengan Paro dan merasa nyaman.

Para ahli mengatakan bahwa di masa depan, robot bisa menjadi pengasuh yang baik bagi para manula, karena robot dapat diprogram dengan kesabaran yang tinggi dan tidak akan melakukan tindak pelecehan, tidak kompeten atau berbohong.

Namun Sherry khawatir bahwa hal ini bisa menggantikan peran pengasuh manusia dengan robot.

“Kita menunjukkan sedikit perhatian terhadap apa yang dikatakan para orang tua. Kita malah membuat mesin yang secara literal membuat kisah para orang tua didengarkan oleh mesin.”

Sahabat masa kecil
Sebaliknya, anak-anak semakin sering bermain dengan mainan elektronik dan robotik. Banyak di antara mereka yang sebelumnya bermain dengan hewan peliharaan digital seperti Tamagotchi pada tahun 1990-an lalu kemudian anjing robotik bernama Aibo, yang membutuhkan perawatan dan membuat anak-anak menjaga dan mengasuh mainan tersebut. 

Beberapa anak mengatakan bahwa mereka lebih memilih “hewan peliharaan” tersebut dibandingkan anjing dan kucing sungguhan yang bisa tua dan mati.

“Orang-orang sebelumnya membeli hewan peliharaan untuk mengajarkan tentang kehidupan dan kematian kepada anak-anak mereka,” kata Sherry. “Kini kita mengajarkan kepada anak-anak bahwa mahluk hidup sungguhan berisiko sedangkan robot aman.”

Sherry mewawancarai seorang anak remaja di 1983, bertanya kepadanya siapa yang akan ia ajak bicara mengenai masalah percintaan. Anak itu menjawab bahwa ia akan berbicara kepada ayahnya, bukan robot, karena mesin tidak akan bisa memahami hubungan manusia.

Di 2008, Sherry mewawancarai anak dengan usia yang sama, dari lingkungan yang sama seperti wawancara sebelumnya. Kali ini, anak itu menjawab bahwa ia lebih memilih untuk berbicara kepada robot, yang diprogram dengan banyak data pengetahuan mengenai berbagai pola hubungan, dibandingkan berbicara kepada ayahnya, yang bisa saja memberikan nasihat buruk.

“Selama 25 tahun kegagalan manusia semakin parah, dari yang sebelumnya memiliki rasa kasih sayang dan memiliki ikatan kini menjadi tidak peka,” kata Sherry. “Bagiku hal yang paling penting yang harus dilakukan anak-anak dan orang dewasa adalah belajar untuk bisa dekat dan percaya orang lain. Kita melupakan hal penting mengenai rasa peduli dan percakapan yang hanya terjadi antara manusia.”

Momen robotik
Dalam sejumlah wawancara terhadap orang-orang yang berusia dan berlatarbelakang berbeda, Sherry menemukan bahwa saat ini banyak dari kita yang berfantasi mengenai robot yang bisa menjadi sahabat, yang selalu mendengarkan kita, tidak pernah marah atau kecewa.

“Apa yang kita bicarakan saat kita berbicara mengenai robot? Yaitu, kita membicarakan ketakutan terhadap sesama,” katanya. “Kekecewaan kita terhadap sesama. Kurangnya hubungan sosial kita. Kurangnya waktu kita.”

Meski robot belum begitu maju untuk menjadi sahabat ilusi kita, namun era itu tidak akan lama lagi.

“Saat ini kita berada dalam momen robotik,” tutur Sherry. “Bukan karena kita telah membuat robot yang bisa menjadi rekan kita, tapi karena kita sudah siap menjadi rekan mereka.”

Inilah saatnya, ucapnya, untuk menarik langkah dan kembali mempertimbangkan bagaimana dan kapan kita ingin membiarkan mesin-mesin itu memasuki kehidupan kita dan kapan kita harus mematikan mereka.

Sumber

0 komentar:

Post a Comment