Thursday, November 24, 2011

100 Siswa SD Bengkulu Belajar di Lantai

Lebih dari 100 siswa Sekolah Dasar Negeri 02 Desa Aturan Mumpu I, Kecamatan Pematang Tiga, Kabupaten Bengkulu Tengah, terpaksa belajar di lantai karena tidak memiliki fasilitas meja dan kursi.
"Sampai saat ini usulan pengadaan meubeler, terutama meja dan kursi belajar untuk siswa belum disetujui, sehingga anak-anak terpaksa belajar di lantai," kata Anggota Dewan Guru SD Negeri 02 Aturan Mumpo, Popi yang ditemui di sekolah tersebut, Ahad (20/11).
Ia mengatakan, dari segi fisik bangunan, sekolah yang rusak parah akibat gempa bumi yang melanda Bengkulu pada 2007 sudah mendapat bantuan dari Dompet Dhuafa Republika.
Yayasan milik media cetak nasional itu membangun enam ruang kelas belajar, namun satu ruangan digunakan untuk ruang kepala sekolah dan guru-guru.
"Harapan kami saat itu, meja dan kursi sudah bisa diupayakan lewat anggaran pemerintah di dinas pendidikan, tapi sampai hari ini belum terealisasi," tambahnya.
Selain tidak memiliki meja kursi, sekolah tersebut juga hanya memiliki lima ruangan sehingga satu ruang belajar digunakan untuk dua kelas.
Para siswa kelas satu dan kelas dua ruang belajar di satu ruangan sehingga jadwal masuk sekolah ditetapkan pada pukul 07.30 WIB untuk kelas satu dan pukul 10.00 WIB untuk siswa kelas dua.
Dari pantauan, ruang kelas satu dan kelas dua tersebut diberi alas seadanya untuk mencegah siswa terkena penyaki masuk angin. Dalam ruang belajar tersebut juga tidak ada meja dan kursi untuk para guru sehingga
proses belajar mengajar dilakukan di lantai.
Kepala Desa Aturan Mumpo I Ramli mengatakan usulan dari pihak sekolah sudah disampaikan sejak sekolah tersebut diresmikan pada awal 2010.
"Tapi sampai sekarang belum ada tanggapan dari pemerintah, akhirnya perangkat desa berinisiatif mengusulkan lagi pengadaan meja dan kursi tapi belum juga ditanggapi," katanya.
Pengadaan meja dan kursi dalam usulan yang disampaikan kepala desa kepada berbagai pihak termasuk DPRD Kabupaten Bengkulu Tengah sebesar Rp 22 juta.
Ramli mengharapkan pemerintah daerah memprioritaskan pengadaan meja dan kursi tersebut sebab kondisi belajar di lantai yang dilakukan siswa sejak 2007 dikhawatirkan mengganggu kesehatan mereka.
"Kita dapat membayangkan harus menunduk sepanjang hari, kaki dan leher pasti pegal akhirnya konsentrasi mereka terganggu," tambahnya.

0 komentar:

Post a Comment