Friday, November 25, 2011

Bos Alfamart, dari Kios hingga Jadi Pemilik 5.500 Minimarket

JAKARTA — Adalah Djoko Susanto, bos industri ritel PT Sumber Alfaria Trijaya atau dikenal dengan nama Alfamart oleh Majalah Forbes memiliki kekayaan sebesar 1,040 miliar dolar AS atau Rp 9,36 triliun
Namanya mencuat dalam 40 daftar orang terkaya di Indonesia. Djoko yang memiliki 5.500 toko di bawah merek seperti Alfamart, Alfamidi, dan Lawson ini menduduki posisi ke-25 orang terkaya di Indonesia.
“Berkat debutnya dalam industri ritel, terctat PT Sumber Alfaria Trijaya, hampir dua kali lipat pertumbuhan pendapatannyan dalam satu tahun terakhir,” demikian dirilis Forbes Rabu (23/11/2011) waktu setempat.
Namun, baik kiranya ditilik perjalanan Djoko menaiki tangga sukses menjadi triliuner baru di Indonesia.
Majalah Forbes mengungkapkan awal perjalanan Djoko dimulai usia 17 tahun, saat mulai mengelola warung milik orang tuanya di Pasar Arjuna, sebuah pasar tradisional di Jakarta.
Kios ini bernama “Sumber Kebahagiaan”, menjual makanan pada saat itu. Namun dalam perjalanan, Djoko memutuskan untuk menjual rokok.
“Bisnisnya ini cepat berkembang karena pedagang dan pengecer menjadi pelanggannya yang sering membeli,” demikian dirilis Majalah Forbes.
Perkembangan terus tampak, hingga 1980 dan pada tahun 1985, ia bertemu dengan bos Sampoerna dan disepakati untuk bermitra dan membangun 15 toko yang sama sebagai penyalur produksi rokok Sampoerna di beberapa wilayah di Jakarta.
Upaya ini berhasil dan terinspirasi untuk membuka dua toko diskon, toko supermarket Alfa. Pada tahun yang sama Djoko menjadi direktur penjualan dan distribusi perusahaan rokok Sampoerna yang jauh lebih besar dan lebih mapan.
Tak lama berselang, Djoko pun mulai merintis supermarket pertamanya dengan nama Alfa (nama ini kemudian diubah menjadi Alfamart) pada tahun 1994.
Tujuan awalnya tidak lain untuk menarik pelanggan atau konsumen dari kelas yang lebih rendah dalam mencari diskon dan kenyamanan berbelanja.
"Saya berpikir tentang penamaan Sampoerna Mart, tapi saya menggunakan Alfa, sebuah merek yang dikenal dan teruji," kata Djoko kepada Forbes.
Kemitraan ini berlangsung sampai 2005, ketika Sampoerna menjual perusahaan rokok, dengan anak perusahaan (termasuk 70% saham di Alfamart), kepada Philip Morris International dengan harga 5 miliar dolar AS.
Tidak tertarik bermain di sektor ritel, Philip Morris menjual saham Alfamart kepada investor swasta dan Northstar. Djoko tahun lalu membeli Northstar, dan itu membuatnya menjadi pemegang 65% saham .
Itu adalah langkah yang cerdas, dimana saham peritel ini diperdagangkan meningkat dua kali lipat dalam 12 bulan terakhir (dan empat kali lipat dalam dua tahun terakhir).
Dan itu mendorong Djoko masuk ke dalam jajaran miliuner dunia. Selain itu, dia menjadi orang terkaya ke-25 di Indonesia.
Lebih jauh, sektor ini tumbuh rata-rata 15 sampai 20% per tahun dalam penjualan. Alfamart, dengan 5.500 toko lebih dengan 2 juta pelanggan per hari dan mempekerjakan lebih dari 57.000 tenaga kerja, menjadi minimarket terdepan yang menargetkan akan membuka 800 outlet di 2012 mendatang.
"Minimarket ini selalu dituduh menghambat pasar tradisional. Apa yang dilakukan minimarket malah mendorong pasar tradisional untuk meningkatkan pelayanan mereka," kata Djoko.

0 komentar:

Post a Comment